Senin, 27 April 2020

Otot sebagai Alat Gerak Aktif

Otot merupakan alat gerak aktif, karena otot memiliki kemampuan untuk berkontraksi. Kontraksi otot ini menyebabkan tulang yang dilekatinya dapat bergerak. Otot mempunyai peranan dalam memberikan bentuk luar tubuh bersama dengan rangka. Gerakan yang terjadi pada tubuh manusia merupakan gerakan yang dilakukan oleh otot lurik, otot polos, dan otot jantung. Otot mempunyai tiga sifat dalam menjalankan tugasnya sebagai alat gerak aktif, yaitu kontraksibilitas, ekstensibilitas, dan elastisitas. Berikut ini penjelasan mengenai otot sebagai alat gerak aktif.

A. Jenis-Jenis Otot dan Sifatnya
Berdasarkan jenisnya, otot dibedakan atas otot lurik, otot polos, dan otot jantung. Otot memiliki sifat antagonsis dan sinergis, pembagian ini didasarkan pada sifat kerja otot tersebut. Dikatakan bekerja antagonis apabila dua otot saling bekerja berlawanan, dan sinergis apabila dua otot saling bekerja searah. Secara anatomi otot tersusun oleh dua jenis filamen dasar, yaitu filamen aktin dan filamen miosin. Keadaan filamen aktin tipis, sedangkan miosin tebal. Kedua filamen inilah yang menjadi penyusun suatu struktur otot yang disebut miofibril. Sekumpulan miofibril ini akan membentuk serabut otot dan sekumpulan serabut otot akan membentuk otot.
 karena otot memiliki kemampuan untuk berkontraksi Otot sebagai Alat Gerak Aktif
Berdasarkan morfologi, letak, dan cara kerjanya otot dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu otot lurik, otot polos, dan otot jantung.

a. Otot Lurik/Otot Rangka
Otot lurik, otot rangka, atau otot serat melintang bekerja dipengaruhi oleh susunan saraf pusat sehingga sering disebut otot sadar. Fibril-fibril otot jenis ini memiliki alur-alur melintang yang gelap disebut anisotrop, dan terang yang disebut isotrop. Inti sel otot lurik berjumlah banyak dan terletak di tepi. Sel-sel otot lurik berbentuk silindris dan mempunyai inti yang jumlahnya cukup banyak.

Otot lurik tersusun oleh sekumpulan serabut yang dibalut oleh fasia propia. Kumpulan serabut yang dibalut fasia propia selanjutnya dibalut lagi oleh suatu lapisan pembungkus yang disebut superfasialis. Otot memiliki bentuk seperti kumparan yang terbagi menjadi dua, yaitu ventrikel dan urat otot (tendon). Bagian otot yang disebut ventrikel (empal), yaitu bagian tengah otot yang menggembung, sedangkan urat otot atau tendon adalah kedua ujung otot yang mengecil.

Berdasarkan perlekatannya pada tulang, tendon dikelompokkan menjadi dua, yaitu origo dan insersio. Origo adalah kelompok tendon yang melekat pada tulang yang tidak berubah kedudukannya ketika otot berkontraksi, sedangkan insersio merupakan kelompok tendon yang melekat pada tulang yang bergerak ketika otot sedang bekerja (berkontraksi). Otot-otot yang mengalami pembesaran disebut mengalami hipertropi,sedangkan k otot yang mengecil disebut mengalami altrofi.

b. Otot Polos
Otot polos merupakan otot yang menyusun organ-organ bagian dalam (otot viseral). Otot ini disebut juga otot involunter karena otot ini bekerja di luar kesadaran dan sarafnya adalah saraf otonom. Bentuk sel-sel otot polos seperti kumparan halus, dengan setiap selnya memiliki satu inti yang letaknya di tengah. Sebagian besar otot polos dapat ditemukan pada organ-organ tubuh bagian dalam, contohnya pada dinding saluran pencernaan, pembuluh darah, saluran pernapasan, saluran kandung kemih, dan saluran kelamin. Otot ini bersifat lambat bereaksi dalam menerima rangsang, tetapi tahan terhadap kelelahan, dan bekerja di bawah pengaruh saraf tak sadar.
 karena otot memiliki kemampuan untuk berkontraksi Otot sebagai Alat Gerak Aktif
c. Otot Jantung
Otot jantung memiliki kemiripan struktur dengan otot lurik namun ada perbedaannya. Perbedaan yang terdapat pada otot jantung dan otot lurik, yaitu otot jantung serabut-serabut ototnya memiliki percabangan, sedangkan otot lurik tidak bercabang. Otot jantung bekerja di bawah pengaruh saraf tidak sadar, cepat bereaksi terhadap rangsangan, dan tahan terhadap kelelahan.. Inti sel otot jantung terdapat di tengah.

B. Sifat Kerja Otot
Fungsi otot adalah sebagai alat gerak aktif dan sebagai gerakan (kontraksi) karena adanya rangsangan. Saat bekerja otot memiliki dua sifat, yaitu antagonis dan sinergis.
  1. Sifat Antagonis adalah kerja otot yang menyebabkan pengaruh yang sifatnya berlawanan. Misalnya pada kerja otot yang disebut ekstensor (meluruskan) dan fleksor (gerak membengkokkan) pada otot trisep dan otot bisep. Sifat antagonis juga terjadi pada otot-otot yang bekerja abduktor (menjauhi badan) dan adduktor (mendekati badan), contohnya pada gerakan tangan sejajar bahu dan sikap gerak yang sempurna.  Sifat antagonis otot yang lain adalah depresor (ke bawah) dan elevator (ke atas), contohnya pada gerakan merunduk dan menengadahkan kepala serta gerak supinator (membalik) dan pronator (menelungkup), contohnya pada gerak membalik dan menelungkupkan telapak tangan.
  2. Sifat Sinergis adalah gerakan otot yang apabila berkontraksi menimbulkan gerak searah. Gerak sinergis didapati pada gerakan menengadahkan telapak tangan atau menelungkupkan telapak tangan.
C. Kemampuan Gerak Otot
Otot yang berfungsi sebagai alat gerak aktif, mempunyai kemampuan berkontraksi dan berelaksasi. Otot disebut sedang berkontraksi, apabila otot tersebut sedang memendek atau memanjang (otot sedang bekerja), sedangkan otot dikatakan berelaksasi, apabila otot itu sedang beristirahat. Secara umum, otot memiliki tiga sifat dalam melakukan gerakan, yaitu kontraktibilitas, ekstensibilitas, dan elastisitas.
  1. Kontraksibilitas adalah Gerakan otot untuk memendek dari ukuran semula (kontraksi) sehingga tulang berubah posisi.
  2. Ekstensibilitas merupakan gerak kebalikan dari kontraksibilitas, yaitu kemampuan otot untuk memanjang atau kembali ke ukuran semula (relaksasi) yang menyebabkan tulang kembali ke kedudukan semula. Sifat ketiga
  3. Elastisitas adalah kemampuan otot untuk kembali pada ukuran semula setelah berkontraksi. atau berelaksasi.

Otot dapat berkontraksi karena adanya suatu rangsangan, yaitu: rangsang mekanis, seperti pijat, tarik, dan tekanan; rangsang suhu, seperti dingin dan panas; rangsang kimia, seperti asam-basa dan garam; dan rangsang elektris dan arus listrik; Kontraksi sel-sel otot dikendalikan oleh sel-sel saraf. Otot dapat menggerakkan tulang, kulit, rambut, gerak peristaltik saluran dalam, jantung, dan pembuluh darah.

D. Timbulnya Energi untuk Gerak Otot
Adenosin Tri Fosfat yang dikenal sebagai ATP, merupakan penghasil energi utama untuk berkontraksinya otot. ATP dihasilkan dari proses oksidasi (pembakaran) karbohidrat dan lemak. Terjadinya kontraksi otot sebagai akibat adanya interaksi antara protein otot aktin dan miosin.
Aktin + Miosin ATP-aseAktomiosin

Sumber energi lainnya pada otot, yaitu fosfokreatin. Fosfokreatin ini adalah suatu bentuk persenyawaan fosfat berenergi tinggi yang terdapat pada otot dalam konsentrasi yang tinggi. Fosfokreatin tidak dapat digunakan secara langsung sebagai sumber energi, tetapi dapat memberikan energinya kepada ADP.
Fosfokreatin + ADP  KreatinKreatin + ATP

Fosfokinase

Sumber lain untuk menghasilkan energi, yaitu dengan cara mengubah glikogen menjadi glukosa. Glikogen adalah senyawa yang tidak larut. Oleh karena itu, harus dilarutkan dahulu menjadi laktasidogen. Laktasidogen ini diubah menjadi glukosa dan asam laktat. Glukosa yang dihasilkan dioksidasi menjadi CO2, H2O, dan energi. Energi yang dibebaskan selanjutnya digunakan untuk membentuk ATP dan fosfokreatin. Proses ini terjadi pada saat otot berelaksasi, dan membutuhkan oksigen bebas. Oleh karena itu, proses relaksasi disebut fase aerob.
Glikogen laktasidogen
Laktasidogen glukosa + asam laktat
Glukosa + O2 CO2 + H2O + energi

Apabila terjadi penimbunan asam laktat yang terlalu banyak di dalam otot, dapat menyebabkan kelelahan. Asam laktat yang berlebihan tersebut akan dioksidasi oleh oksigen, apabila terlalu banyak dibutuhkan oksigen untuk mengoksidasi asam laktat, maka orang yang mengalaminya bernapas tersengal-sengal.